Jumat, 27 November 2015

_

Ujung tombakmu berada di ujung jarimu. Maka menarilah sebebasmu.. Di tengah tarian hujan ia akan menyambutmu. Bukankah dengannya kau akan mengenal makna basah? Dengannya pula kau bisa merasakan arti berkecibak di dalam air. Lantas berlarilah sambut tangan-tangan hujan yang menyambutmu secara sukarela...

Sabtu, 13 Juni 2015

Broken Arrows

Apakah itu patah hati? Adalah ketika anganmu melambung tinggi oleh seseorang yang kau harapkan untuk bersama namun ternyata kemudian kau terjatuh bahka terjengkang. Niat hati ingin mengutuk memaki. Ya, mungkin itu akan melegakan. Ah.... Kiranya dunia ini tak sekejam itu. Paling tidak kali ini mataku telah dibukakan oleh keadaan bahwa segala yang ada di dunia tak selalu seperti yang kau harapkan.
Lalu sadarkah dia yang telah menyakiti? Entah atau mungkin hanya aku yang merasa tersakiti olehnya!! Kumaki kau. Sebenarnya jikalau kau memintaku menunggu pastilah langkahku kan berhenti di sini. Menantimu. Namun, kau tak pantas untuk kunanti. Tak berkelas bahkan tak bermartabat untukku menantimu. Siapalah kau? Sadarkah, kau bukan lelaki. Ini hati tersakiti. Mungkin kau pandai menebar janji. Ingin kukutuk kau wahai si Pahit Lidah. Hingga kau memohon atas maafku. Iya aku menyimpan dendam untukmu. Kau telah menyita waktu, aku harus membayar apa yang telah kau korbankan yang seharusnya tak pernah kuhiraukan kehadiranmu. Damn, aku terjatuh dalam perangkap permainanmu. Betapa kau tak berharga di mata cinta. Tak pantaslah kau kurindau.
Si Pahit lidah, pernah terbayang dalam benakku kanku habiskan separuh akhir hidupku denganmu. Tapi kau penghianat muka malaikat matamu nan tajam dan halus tuturmu adalah racun. Ingin kukutuk pergilah kau ke neraka. Tak kan tenang hidupmu sebelum kau haturkan maaf atasku. Ah, aku ternyata terluka karena makhluk bernama lelaki sepertimu. Pupuskan anganku tentang kita yang melambung. Aku terbang dan kau anggapku layang-layang.
Si Pahit Lidah kukutuk kau. Makhluk bernama lelaki. Kau si Pahit LIdah. Iya, aku menggantungkan asa padamu. Tapi sayang kaulah si Pahit lidah. Penipu berlidah racun. Inikah yang disebut dengan patah hati.
Duhai Sang Pemilik Hati, jaga hati ini dari lelaki sepertinya. Pertemukanlah segera dengan dia yang kau janjikan atasku. Bukankah kau bisa membaca hatiku. Aku menanti dan jangan Kau jatuhkan hatiku.
Ah, Tuhan aku memujamu aku percaya. Bukankah kehadirannya hanyalah intermezo dalam khayalku yang melambung. Kini aku ingin bertemu dengan dia yang sebenarnya. Belahan jiwa yang tak kan menyakiti seperti dia Si Pahit Lidah!! Mungkinkah kau akan mengirimkannya segera. Aku ingin bertemu dengannya. Sungguh!!

Sabtu, 11 April 2015

Duh...

Hawa dingin tba-tiba menggerayangi tubuh setengah kaku ini. Menatap nanar sosok yang belum pernah terbersit sekalipun dalam benak. Datang dengan tiba menyapa. Siapakah gerangan? Kau harus bekerja keras dan aku terus menyangkal. Sadar diri sebab sepenuhnya paham bahwa diri ini mudah terbawa perasaan. Oleh sosok sempurna yang tak sengaja kuintip kisahnya.
Pemilik wajah teduh, bak pungguk merindukan bulan. Aku mengharapkan dia yang sepertimu entah dalam versi yang seperti apa.
Kita bertemu dan bersapa, aku aku aku aku hampir terjatuh dala ruang tak bercahaya bahkan udara.
Berpalinglah padaku. Palig tidak aku bisa merasa bahwa diri ini berharga. Menengoklah walau hanya sesaat sebagai penawar rindu, asih ini.
Senja, padanya kuserahkan nama di atas nama kepada Cahaya di atas Cahaya Sang Pemilik Kisah dan Kasih Teragung. Sempurnakanlah kisah ini. Lengkapkanlah dengan sabda-Mu duhai Sang Maha Cinta. Cintakanlah cinta yang bersemanyam di sini dalam penuh penjagaanmu.

SSSttt

Berdiri di sini. Menapak setapak dalam semesta. Hal terindah yaitu rindu akan kekebasan. Pulanglah pada kekasih-kekasih keabadian. Bahasa bersayap ini menikam rasa. Buih dalam kisah ini menhentikan langkah yang mencoba mengenang sebagian darimu. Peluh kasih yang pernah tercucur , aku sang perindu. Pemimpi yang kelak kan mendampingmu di sudut asa.
Laut membiru, menghempaskan. Terlentang dalam riak. Aku lepas tak bernyawa menanti sosok awan yang kan mengapus mendung bergelayut penebar layar. Rindu asa.
Langkah yang tak kan pernah gontai. Tak nak pulang.

Minggu, 20 April 2014

Beranjak


Arini Sutedja*)
Beranjak
Dari kejenuhan ku melompat
Terapung ku kini di laut tantangan
Ada dua pilihan
Berenang atau tenggelam dalam kenyamanan yang kadang membosankan
Mengenalmu adalah bagian darinya
Duniaku yang sepi dan kau menghampiri
Kini kau beranjak pergi
Terhempas dari anganku yang melambung
Terjerembab aku dari kebiasaan yang menghanyut
Jika kau pergi aku tak mau terhuyung sendiri
Beranjak ku pun kini
Tak kan ku tatap punggung lebarmu
Cukup ku mengenalmu
Aku pergi
Jika suatu saat kau kembali, kau tahu di mana harus mencari
Aku tak pergi hanya beranjak untuk mencari pengganti
Doamu tak ku tahu pun dengan doaku, kau pun tak tahu
Pergi
Sedikit ku menantimu kembali
Terapung ku di sini
Dengan bayang mimpi dan siluet punggungku yang beranjak pergi.

Tak harus .....


Arini_Sutedja*)
Sudahlah....
Indah tak harus berwarna
Bahagia tak harus tertawa
Pilu tak harus bertabur air mata
Pun dengan rindu

Tentang Mimpi


Arini_Sutedja*)
Berjalanku tak beranjak
Berlariku tak bergerak
Menatap kota dengan seribu indah
Remang lampu taman kini ku melayang dengan sejuta keindahan
Tentang mimpi tanpa batas
Tentang asa
Bergurau dengan lelah
.... dan kau menyerah
Aku tak pernah kalah.